MetroGlobal24.com|AS – Panas ekstrem yang melanda bumi makin parah. Beberapa negara melaporkan kematian akibat cuaca panas menyengat yang menghantam bumi tersebut.
Perubahan iklim mendorong gelombang panas berbahaya. Hal ini diyakini akan terus menyebabkan cuaca berbahaya selama beberapa dekade mendatang.
Di India misalnya gelombang panas selama berbulan-bulan menewaskan 110 orang dan menyebabkan 40.272 kasus dugaan heat stroke selama tiga bulan terakhir, antara 1 Maret hingga 18 Juni.
Mengutip Associates Press (AP), jumlah kematian tertinggi dilaporkan berada di negara bagian Uttar Pradesh, diikuti oleh negara bagian utara lainnya termasuk Rajasthan, Bihar dan Odisha. Per 20 Juni saja contohnya, 457 kasus telah tercatat sebagai dugaan serangan kepanasan.
Sebagian menganggap data ini sebenarnya tak memperlihatkan realita di lapangan. Kepala Institut Kesehatan Masyarakat India di Gandhinagar meyakini angka warga tewas lebih dari itu.
Apalagi banyak kematian terkait panas dihitung dengan kematian akibat penyerta lain. Pemerintah India sendiri memperkirakan 11 ribu orang telah meninggal akibat gelombang panas di abad ini.
“Kita tidak mengklasifikasikan dan mengukur kematian sebanyak yang seharusnya dan itulah salah satu alasan mengapa kematian terkait panas sulit dihitung,” kata Mavalankar.
“Tidak hanya selama gelombang panas tetapi secara umum, kita perlu menghitung kematian dengan lebih baik. Itulah satu-satunya cara kita mengetahui seberapa parah dampak dari panas ekstrem ini,” ungkapnya.
Hal sama juga terjadi di Arab Saudi. Data baru AFP Senin (24/6/2024) menyebut 1.300 jamaah haji meninggal selama musim haji tahun ini karena suhu yang sangat panas.
“Sayangnya, jumlah kematian mencapai 1.301, dengan 83% di antaranya tidak sah untuk menunaikan ibadah haji dan berjalan jauh di bawah sinar matahari langsung, tanpa tempat berlindung atau kenyamanan yang memadai,” lapor kantor berita resmi Saudi Press Agency.
Angka terbaru ini naik dari laporan akhir pekan sebanyak 1.100 orang. Korban tewas berasal dari 10 negara, dengan Mesir berada di urutan pertama korban tewas dengan 672 orang sementara 25 orang hilang.
Terbanyak kedua adalah Indonesia dengan 236 orang meninggal. Ada pula India dengan 98 orang, lalu Tunisia, Yordania, Iran dan Senegal bahkan Amerika Serikat (AS).
Menurut pusat meteorologi nasional Arab Saudi, perlu diketahui Suhu di Mekkah sendiri saat ini naik hingga 51,8 derajat Celcius. Riyadh sendiri belum mengomentari secara terbuka mengenai kematian tersebut atau memberikan data jumlah korban baru hingga hari Minggu.
AS Umumkan Kondisi Bahaya
Di sisi lain, lebih dari 100 juta orang di seluruh AS juga berada di bawah peringatan cuaca panas Minggu waktu setempat. Kota-kota di wilayah East Coast (Pantai Timur) kini bersiap menghadapi suhu yang memecahkan rekor ketika sebelumnya kondisi berbahaya itu meluas hingga ke West Coast (Pantai Barat).
Suhu di Baltimore dan Philadelphia diperkirakan akan menyentuh rekor 38 derajat Celcius dan dapat naik ke 41 derajat celcius. Sementara suhu meningkat hingga 32 derajat di negara bagian seperti Idaho, Montana dan Wyoming, naik 15 derajat di atas normal.
“Panas ekstrem kemudian akan berpindah ke Nebraska dan Kansas pada hari Senin,” kata Layanan Cuaca Nasional AS (NWS).
“Ini kemungkinan besar berarti kita akan melihat periode panas berlebih secara berkala di sebagian besar wilayah negara ini hingga bulan Juli,” kata ahli meteorologi NWS, Marc Chenard.
“Tidak berlanjut di satu tempat saja, namun pola keseluruhannya akan terus mendukung suhu di atas normal,” tambahnya.
Di negara bagian lain New Mexico, para pejabat merespons berbagai peristiwa cuaca, termasuk badai debu, banjir, dan dua kebakaran hutan. Pemerintahan Joe Biden pekan lalu mengumumkan keadaan darurat atas kebakaran hutan, yang menyebabkan dua kematian dan lebih dari 1.400 bangunan hancur.(Mg)