MetroGlobal24.com|Amerika Serikat – Pelaku penembakan Donald Trump Calon Presiden Amerika Serikat, bernama Thomas Matthew Crooks, menurut identifikasi FBI. Pria berusia 20 tahun itu tinggal di Bethel Park, Pennsylvania, sekitar 35 mil selatan dari lokasi. Dia tewas dibunuh di tempat oleh agen Secret Service.
Salah satu saksi, Greg, mengatakan kepada BBC bahwa pelaku berada di luar rapat umum dan hanya bisa mendengar mantan presiden tersebut berbicara, ketika dia melihat seorang pria berada di atas atap.
“Kami melihat pria itu merangkak ke atap gedung di samping kami, 50 kaki dari kami,” kata Greg. “Dia punya senapan, kami bisa melihatnya dengan jelas membawa senapan.”
Greg mengatakan mereka mengarahkan pria itu ke polisi.
“Tahukah Anda berikutnya, saya berpikir mengapa Trump masih berbicara? Mengapa mereka tidak menariknya dari panggung?” dia berkata.
“Saya berdiri di sana sambil menunjuk ke arahnya… hal berikutnya yang Anda tahu, lima tembakan terdengar.”
Catatan publik menunjukkan Thomas Matthew Crooks terdaftar sebagai anggota Partai Republik, tetapi memberikan sumbangan kecil kepada kelompok yang berpihak pada Partai Demokrat pada tahun 2021.
Investigasi Kasus Penembakan Masih Berjalan
Sejumlah lembaga federal dan negara bagian sedang menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana penembak mengakses lokasi, senjata apa yang digunakan dan hal-hal lain yang belum terjawab secara publik.
Sementara itu, FBI juga telah meminta masyarakat untuk mengirimkan informasi, foto, atau video apa pun terkait penembakan tersebut ke FBI.gov/butler atau menghubungi 1-800-CALL-FBI.
Biden Mengutuk Kekerasan
Presiden AS Joe Biden menyampaikan belasungkawa atas peristiwa yang terjadi. Dia juga secara terbuka mengutuk aksi penembakan tersebut. Usai kejadian, Biden pun mengaku telah menghubungi Trump.
“Saya bersyukur mendengar bahwa dia selamat dan baik-baik saja,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
Saat itu, Biden tengah berada di Delaware. Namun dia terbang kembali ke Gedung Putih pada Minggu (14/7/2024) pagi waktu setempat agar Presiden AS itu dapat terus diberi pengarahan oleh penegak hukum.
“Tidak ada tempat bagi kekerasan semacam ini di Amerika. Kita harus bersatu sebagai satu bangsa untuk mengutuknya,” ucap Biden. (Mg)